CERITA DEWASA DESAHAN ISTRI DIPERKOSA MALING PERKASA, Hasrat-Bispak72 Mendadak suatu nada keras menghidupkan kami di larut malam. Fatimah istriku memegang lenganku karena amat ketakutannya. Nada itu hadir dari arah dapur. Kelihatannya kaca yang jatuh acak-acakan. Instingku menuturkan ada sesuatu hal yang gak rampung ada di rumah ini. Saya bangun serta menghidupkan lampu. Istriku usaha menghentikan saya. Dengan berhati-hati saya bangun dan buka pintu dan ambil langkah ke dapur. WAJIB 4D
Saya terkejut dengan ketakutan yang sangat waktu tampil figure asing di bawah jendela dapurku. Kelihatan di lantai kaca jendela pecah berantakan. Tentu ia ini maling yang akan mengambil di dalam rumah kami. Sama
terkejut dengan lincahnya begal ini berdiri dan ambil langkah pendek menyikat pisau dapur kami yang tak jauh dari tempatnya. Orang ini lebih besar dari saya. Dengan rambut dan jambangnya yang gak bercukur tampak demikian gahar. Dengan bajunya yang T. Shirt gelap dan celana jean bolong-bolong ia menyeringai memberikan ancaman saya dengan pisau dapur itu.
Saya memang lelaki yang tidak pernah mengetahui bagaimana berkelahi. Lihat tingkah maling ini segera nyaliku putus. Dengan gemetaran yang paling saya lari balik ke kamar tidurku serta tutup pintunya. Tetapi kalah cepat dengan maling itu. Saya usaha keras tekan buat mengancing kebalikannya maling itu lagi memajukan dengan kuatnya. Istriku histeris berteriak-teriak ketakutan,
"Ada apakah Maass.. Toloonngg.. Tolongg.."
Tetapi seruan itu pastinya percuma. Rumah kami ialah rumah anyar di perumahan yang sedikit penghuninya. Tetangga paling dekat kami yakni Pak RT yang jaraknya kira-kira 30 rumah kosong, yang masih belum memiliki penghuni, dari rumah kami. Sementara di arah yang lain yaitu bentang kali serta sawah yang luas berpetak-petak. Mulai sejak pernikahan kami dua tahun lalu, berikut ini rumah credit kami yang anyar kami tinggali waktu dua bulan ini.
Usaha ambil serta dorong pintu itu dengan nyata dimenangi oleh sang maling. Saya terdepak jatuh ke lantai serta maling itu dengan lepas masuk ruangan tidur kami. Ia mengacung-acungkan pisau dapur ke isteriku supaya tak berteriak-teriak sekalian meneror akan memangkas leherku. Istriku sekejap ‘klakep' sepi. Sembari menodongkan pisau ke leherku dengan kasar saya diperolehnya dengan menarik bajuku keluar kamar. Matanya kelihatan sapu tempat keluarga serta menarikku merapat ke dalam almari piranti. Jelas di nyari-nyari benda bernilai yang kami taruh.
Ia mendapatkan lakban di pijakkkan beberapa macam perlengkapan. Dengan 1/2 membanting ia memajukan saya supaya duduk di lantai. Ia me-lakban tangan dan kakiku lalu mulutku sampai saya betul-betul bungkem. Pada situasi tidak berdaya saya diambilnya balik ke kamar tidurku. Istriku kembali berteriak sekalian menangis histeris. Akan tetapi itu cuman tidak lama.
Maling ini benar-benar eksper dan berdarah dingin. Ia cuma ngomong,
"Diam nyonya cantiikk.. Tak boleh bikin saya kalap lhoo.." kembali istriku ‘klakep' dan sepi.
Kelihatan maling itu menyapukan penglihatannya ke Kamar tidurku. Ia melihati jendela, almari, tempat tidur, rack kset dan pesawat radio di kamarku. Ia kelihatannya memikir. Segalanya kulihat dalam kelumpuhan dan kebisuanku sebab lakban yang mengikat kaki tanganku serta membekap rapat mulutku.
Mendadak maling itu dekati Fatimah istriku yang gemetaran menggulung badannya di sudut dipan karena shock dan histeris dengan momen yang lagi terjadi. Dengan lakbannya dia terus bekap mulutnya dan direbahkannya badannya di tempat tidur. Saya tidak mampu apapun cuma bisa tergeletak serta berkedip di lantai. Saya lihat bagaimana sorot mata ketakutan di wajah Fatimah istriku itu.
Rupanya maling itu melebarkan tangan istriku dan mengikatnya terpisah di kiri kanan kisi-kisi tempat tidur kayu kami. Demikian juga pada kakinya. Ia bentangkan dan ikat di kaki-kaki dipan. Dan pada akhirnya yang terjadi yakni saya yang tergelimpang lumpuh di lantai sementara Fatimah istriku celentang serta terlilit di dipan pengantin kami.
Hatiku benar-benar tak nikmat. Saya cemas maling ini melakukan hal di luar batasan. Memandang figurnya, terlihat ia ini orang kasar. Badannya tampak teguh dengan otot-ototnya yang membayang dari T. Shirt dekilnya. Saya taksir tingginya ada seputar 180 cm. Saya melihati matanya yang melotot sembari membentak,
"Diam nyonya cantiikk.." waktu memandang istriku yang benar-benar kelihatan sangatlah seksi dengan kemeja tidurnya yang serba mini sebab udara panas di kamar kami yang sempit ini.
"Saya ingin makan dahulu ya sayaang.. Gak boleh jenis-jenis". Ia nyelonong keluar tuju dapur. Dasar maling gak dengan modal. Ia ngancam gunakan pisauku, ngikat gunakan lakbanku saat ini makan makananku.
Terlihat istriku berontak membebaskan diri dengan percuma. Terkadang tampak matanya kuatir dan ketakutan Menyaksikan saya. Saya menggeleng-gelengkan kepalaku bermaksud melarang bergerak banyak. Irit tenaga.
Sehabis makan maling itu gelatakan membukai Beragam almari serta laci-laci dalam rumah. Ia gak bakal temukan apapun sebab memang kami tidak mempunyai apa- apa. Saya renungkan begitu parasnya dapat sedih sebab kecewa. Kudengar nada gerutu. Kelihatannya ia berang.
Dengan menyepak pintu ia kembali masuk ruang tidur kami. Buka almari busana dan mengaduk-adukkannya. Dilempar-lemparkannya isi almari sampai lantai penuh berantakan. Ia membuka kotak perhiasan istriku. Dibuang-buangnya perhiasan palsu istriku.
Sebab tidak memperoleh apa yang dicari Maling memindah tujuan kekesalan. Ia pandangi istriku yang terlentang dalam ikatan di dipan. Ia merapat sekalian memarahi,
"Mana uang, manaa..? Dasar miskin yaa..? Kamu umpetin di mana..?"
Tangannya yang cemerlang berotot bergerak menggapai busana tidur istriku selanjutnya menariknya dengan keras sampai robek dan putus kancing-kancingnya. Serta yang lantas terlihat terekspos ialah bukit kembar yang demikian elok. Payudara Fatimah yang paling ranum dan padat yang memang tanpa BH tiap-tiap jam tidur. Terlihat sekali muka maling itu terpana.
Saat ini saya sungguh-sungguh sangatlah takut. Semua Peluang dapat berlangsung. Saya tonton terdapatnya perombakan raut wajahnya. Setelah tidak mendatangkan uang atau benda bernilai ia jadi ingin tahu. Ia berasa punya hak mendapatkan alternatif yang setimpal. Maling itu lebih merapat kembali ke Fatimah dan dengan selalu menyaksikani buah dadanya yang paling sensual itu. Perlahan-lahan ia duduk ditepian tempat tidur.
"Di mana kamu taruh uangmu nyonya cantiikk..?" sekalian tangan turun sentuh badan Fatimah yang serupa sekali gak dapat menampik karena kaki dan tangannyaterikat lakban itu. Serta tangan itu mulai mengelusi dekat Payudaranya.
Ampuunn.. Kusaksikan bagaimana mata Fatimah begitu paniknya. Ia merem pejamkan matanya sekalian Memperdengarkan nada dari hidungnya,
"Hheehh.. Hheehh.. Heehh..".
Istriku keluarkan air mata dan menangis, menggeleng-geleng kepalanya sekalian keluarkan dengus dari hidungnya.
Air mata istriku menstimulasi ia makin kasar. Tangan-tangannya tanpa kuatir mengelus- elus dan meremas-remas buah dada Fatimah dan bagian badan sensitive yang lain. Ini sungguh-sungguh bikin darahku menggelegak berang. Saya mesti melakukan hal suatu hal yang bias menyudahi semuanya apa saja resikonya. Yang setelah itu dapat kulakukan yaitu gerakkan kakiku yang terlilit, menekuk kemudian menyepakkan ke pinggiran ranjangku. Maling itu terkaget tapi betul-betul tidak bergerak.
"Hey, brengsek. Ingin ngapain kamu. Tak boleh jenis-jenis. Gak boleh usik istrimu yang nikmati pijitanku,"ia membentak saya. Serta saya langsung putus harapan. Saya mustahil lakukan perbuatan apapun kembali. Saat ini cuma batinku yang meratap momen ini.
Dan yang terjadi selanjutnya merupakan suatu Yang sungguh-sungguh menakutkan. Maling itu menarik robek seluruhnya pakaian tidur istriku. Ia betul-betul membuat Fatimah telanjang terkecuali celana dalamnya. Selanjutnya ia rebah rapatkan badannya di sebelahnya. Istriku kelihatan bak rusa tumbang dalam tangkapan serigala. Serta sekarang pemangsanya merapat untuk mengoyak-oyak buat nikmati badannya.
Ia gak bisa berpuat apapun kembali. Dalam 1/2 telanjangnya saya makin sadari begitu cantiknya Fatimah istriku ini. Ia tampilkan begitu beberapa sisi badannya memperlihatkan sensualitas yang tentu silau tiap-tiap lelaki yang melihatnya. Rambutnya yang mawut tergerai, diskusi lengan dan pundak melahirkan lembah ketiak yang bias menggoyangkan iman banyak lelaki.
Payudaranya yang membusung ranum dengan pentilnya yang merah ungu sebesar ujung jemari kelingking benar-benar melawan. Perut dengan pinggulnya yang.. Uuhh.. Demikian luar biasa memesona syahwat. Saya sendiri terheran-heran bagaimana saya dapat meminang dewi secantik ini.
Dan saat ini maling sadis itu menenggelamkan parasnya ke dadanya. Ia menciumi dan menyusu Payudaranya seperti bayi. Ia mengenyoti pentil istriku yang kelihatannya usaha berontak dengan menggeliang-geliatkan badannya yang ditandaskan percuma. Dengan kian kasar hasrat nyolongnya sekarang berganti jadi hasrat binatang yang disanggupi birahi.
Ia masuk menjilat-jilat serta menciumi ketiak istriku yang paling sensual itu. Berikut acara pesta besarnya. Ia kemungkinan tidak pernah mengayalkan bakal merasakan nikmat tidur dengan wanita secantik Fatimah istriku ini.
Menjarah dengan kenyotan, jilatan serta kecupannya maling ini menyerobot ke perbatasan pinggul Fatimah selanjutnya naik ke perutnya. Dengan berdengus-dengus serta napasnya yang mengincar ia menjilat-jilati puser Fatimah sembari tangannya gerayangan ke semua arah meremas dan kelihatan kadangkala sedikit mencakar salurkan gelegak gairah birahinya.
Perlawanan istriku sangat menurun. Yang didengar sekedar gumam dengus mulut tersumpal sekalian menggeleng-gelengkan kepalanya selaku pernyataan penolakannya. Kemungkinan ketakutan dan kelelahannya membikin stamina-nya ‘down' dan lumpuh. Sementara si maling terus melumati perut serta menjilat- jilat beberapa sisi sensual badannya.
Kebringasan dan kebrutalan selera syahwat maling ini makin melejit ke pucuk. Terang dapat memerkosa istriku di muka saya suaminya. Ia bangkit dari dipan serta secara cepat melepaskan T. Shirt dan celana dekilnya. Ia menelanjangi dirinya sendiri. Saya takjub. Maling itu mempunyai bentuk badan yang paling atletis dan menarik menurut ukuran penampilan badan lelaki. Dengan warna kulitnya yang coklat kehitaman berkilat lantaran keringatnya kelihatan dadanya, otot lengannya perutnya demikian kuat seperti pelaksana binaraga. Tungkai kakinya, paha serta betisnya benar-benar selaras sekali.
Yang membuat saya terperangah yaitu kemaluannya. kont*l maling itu demikian memesona. Tampil dari rimbun jembutnya kont*l itu tegak ngaceng dengan bonggol kepalanya yang berkilatan lantaran kerasnya tekanan darah syahwatnya yang mendoronginya. Besar serta panjangnya di atas umumnya kemaluan orang Asia dan tampak begitu cocok dalam warna hitaman pada mulanya setelah itu sedikit belang kecoklat-coklatan pada leher serta ujungnya. Lubang kencingnya tampak dari belahan bonggol yang mekar menentang. WAJIB 4D
Kesan-kesan kekumuhan awalan yang kutemui dari rambut serta jambangan yang tidak bercukur dan busananya yang dekil langsung hilang demikian lelaki maling ini bertelanjang. Ia terlihat benar-benar jantan ragam jawara.
Dalam ketakutan serta cemas istriku Fatimah lihat saat maling itu bangun dan dengan cara cepat melepas busananya. Demikian lelaki maling itu serius telanjang saya memandang perombakan di wajah dan mata istriku. Paras serta penglihatannya tampak terkesima. Yang belumnya layu dan kuyu saat ini kasar dengan mata yang membelalak. Karena barangkali ketakutannya yang kian jadi atau lantaran ada 'surprise' yang tampil dari figure lelaki telanjang yang saat ini ada dengannya diranjangnya. Anehnya penglihatannya itu tidak dilepaskan sampai ekor matanya mengikut dimanapun lelaki maling itu bergerak.
Kendati saya gak berani mengaitkan dengan cara tepat, menurut pendapatku paras jenis itu yaitu muka yang didera nafsu birahi. Apa ada birahi Fatimah bangun serta ingin di lelaki maling yang dengan sadis sudah mengikat serta menelanjangi badannya di muka suaminya itu. Atau barangkali 'surprise' yang disuguhi lelaki itu udah membalik 180 derajat dari takut, emosi serta tidak suka jadi dorongan syahwat yang luar biasa yang menerpa seluruhnya sanubarinya? Ahh.. Saya dirasuki cemburu buta. Saya kerap dengar wanita yang suka dengan penculiknya.
Lelaki maling turun dari tempat tidur dan merayap di muka arah kaki Fatimah yang terlilit. Ia mencapai kaki Fatimah yang terlilit dan memulai dengan menjilat-jilatinya. Lidahnya sapu ujung-ujung jemari kaki istriku selanjutnya mengulumnya.Cerpensex
Saya saksikan kaki Fatimah yang seolah disengat listrik beberapa ribu watt. Terkejut meronta serta meregang- regang. Saya tidak jelas. Apa itu gerak kaki untuk berontak atau membatasi kegelian syahwati. Sementara lelaki maling itu selalu menyerbu dengan jilatan-jilatannya di telapaknya. Begitu ia mengerjakan di ke-2 tungkai kaki istriku untuk memulai lumatan dan jialatan seterusnya ketujuan pucuk nikmat syahwatnya.
Dengan triknya maling itu menyengaja Jatuhkan martabatku sebagai suami Fatimah.
"Mas, istrimu sedap sekali loh. Bisa saya ent*t ya? Bisa.. Ha ha. Saya ent*t istrimu yaa.."
Serta saya di tempat ini yang terkapar ragam tangkai pisang gak memiliki daya cuma bisa menerawang dan menelan ludah.
Tapi ada yang mulai merambati serta merasuk ke sanubariku. Saya mau tahu, ragam apa paras Fatimah waktu kont*l maling itu kelak menembusi kemaluannya. Serta kemauan tahuku itu nyatanya mulai menstimulasi syahwat birahiku. Dalam tergeletak sekalian mata tidak terlepas melihati tingkah lelaki maling telanjang yang melata bak kadal komodo di atas badan pasrah istriku yang elok kont*lku jadi menegang. Saya ngaceng.
Kulihat begitu maling itu menyerobot ke Selangkangan istriku. Ia menciumi dan menyedoti paha Fatimah dan tinggalkan merah cupang setiap rambahannya. Akan tetapi yang membikin jantungku berdegap cepat merupakan geliat-geliat badan istriku yang terlilit dan desah dari mulutnya yang terbungkam. Saya sekali-kali tidak memandangnya sebagai perlawanan seorang yang disakiti serta dirampas kehormatannya. Istriku tampak demikian tenggelam nikmati tingkah maling itu.
Saya pastikan kalau Fatimah sudah terbenam dalam selera seksualnya. Ia menggelinjang-geliat serta menggoyang-goyangkan badannya teristimewa pinggul dan bokongnya. Fatimah alami kegatalan birahi yang paling hebat dan saat ini nuraninya terus jemput dan rindui kenyotan bibir sang maling itu. Sementara itu saya usaha terus berpikiran positip. Kalau benar-benar berat menampik bujukan syahwat sebagai halnya yang lagi dirasakannya. Secara perlahan serta tentu kont*lku sendiri bertambah keras dan tegak melihat yangharus saya tonton itu.
Dan klimaks dari pertarungan ‘perkosaan' itu terjadi. Lelaki maling itu menenggelamkan bibirnya ke Bibir vagina Fatimah. Ia mengisap serta mengenyoti itil istriku serta meneruakkan lidahnya menembusi gerbang kemaluannya. Tidak terelak..
Dalam kucuran keringat yang terperas dari badannya Fatimah menjerit dalam gumam desahnya. Bokongnya lebih diangkatnya tinggi-tinggi. Ia terlihat mau mendapat orgasmenya. Bukan main. Kebanyakan amat susah buat Fatimah mendapatkan orgasme. Ini kali belumlah pula maling itu melaksanakan penetratif ia sudah dekat pada pucuk kepuasan syahwatnya. Ah.. Tonton ituu.. Betul.. Fatimah mencapai orgasmenya.. Nittaa..
Ia mengusung tinggi bokongnya dan masih Diangkatnya sampai sekejap sembari terkejat-kejat. Tampak kendati tangannya terlilit jari-jarinya mengepal seperti akan meremas suatu hal.sebuah hal. Serta kaki-kakinya yang meregang mengutarakan begitu nikmat syahwat tengah menyerangnya. Tersebut yang dapat ditunjukkan olehnya karena tangan dan kakinya masih terlilit ke dipan.
Serta si maling responsif. Saat sebelum terburu Fatimah Kecapekan ia naik menindih badan istriku serta membimbing kont*lnya ke lubang vaginanya. Sekian kali ia mengocak kecil sebelumnya lantas kemaluan yang cukuplah besar dan panjangnya itu menembus serta ambles ditelan mem*k istriku.
Maling itu langsung mengayun-ayunkan kont*lnya ke lubang nikmat yang kelihatannya disemangati oleh istriku dengan menggoyang dan mengusung-angkat bokong dan pinggulnya supaya kont*l itu dapat menyentuhi gerbang rahimnya.
Saya sendiri begitu terbakar birahi Melihat kejadian itu. Utamanya bagaimana paras istriku dengan rambutnya yang berkeringat mawut jatugh ke dahi serta alisnya. kont*lku sangatlah terhambat oleh celana sempitku. Saya gak bisa melaksanakan apapun buat Membebaskan dorongan syahwatku.
Lecutan maling itu makin cepat dan kerap. Saya yakinkan kalau maling itu lagi dirambati nikmat birahinya. kont*lnya yang lebih tabah kaku terlihat licin berkilat karena cairan birahi yang membalurinya terlihat seperti piston diesel masuk keluar menembusi mem*k istriku. Saya pikirkan begitu nikmat menerpa istriku. Dengan keadaannya yang masih tetap terlilit di dipan, bokongnya tampak turun naik atau mengegos menangkis pompan kont*l lelaki maling itu.
Secepatnya spermanya akan muncrat isikan rongga kemaluan istriku. Serta keliatannya istrikupun akan mendapat orgasmenya kembali. Orgasme berturut-turut. Bukan main. Waktu menikah saya dapat kalkulasi berapakah kali ia berkejat-kejat jemput orgasmenya. Tetapi bersama maling ini tidaklah sampai 1 jam ia akan jemput orgasmenya yang ke dua.
Waktu-waktu pucuk orgasme dan ejakulasinya bertambah dekat, lelaki itu merapatkan mukanya ke paras Fatimah dan tangannya mencapai lantas lepaskan lakban di mulut istriku. Tapi ia tidak memberikannya peluang buat teriak. Mulutnya langsung menyumpal mulut istriku. Saya lihat mereka sama-sama berpagut. Serta itu bukan pagutan paksakan. Istriku tampak menyahut lumatan bibir maling itu. Mereka terbenam dalam enaknya pagutan. Dan ahh.. ahh.. aahh..
Maling itu lepaskan cepat pagutannya dan sedikit bangun. Ia menyikat pisau dapur yang berada pada dekatnya. Dengan semasing sekali babatan ke-2 ikatan tangan Fatimah terlepas. Dan pisau itu langsung dilemparnya ke lantai. Tangan maling itu cepat memegangi badan istriku dan bibirnya memagutinya. Serta tanpa sangsi dan sangsi demikian terhindar tangan istriku langsung merengkuhi badan lelaki maling ini. Saat ini saya melihat persetubuhan yang hampir prima. Lelaki maling bersama Fatimah istriku langsung terbenam dekati pucuk syahwatnya.
Hingga…
"Aarrcchh.. Cantikk.. Saya keluaarr..
Hhoohh.. Ampun
Istriku pun mendesis top, tidaklah ada perkataan tapi terang, ia kembali mencapai orgasmenya. Dengan tangannya yang bebas ia dapat menumpahkan gelegak birahinya. Tangannya mencakar punggung maling itu serta menanamkan kukunya. Kelihatan bilur sejajar memanjang di kiri kanan punggungnya merembes kemerahan. Punggung maling itu sempat tercedera dan berdarah.
Masih sejenak mereka dalam sebuah dekapan saat sebelum selanjutnya lelaki maling itu bangun dan menarik kont*lnya dari kemaluan istriku. Aku segera melihat spermanya yang kental meluap tumpah dan menetes dari lubang vagina Fatimah. Sebentar mata maling itu melihati badan istriku yang terlihat gontai.